Pemerintah Gaza Tolak Rencana Israel Buat Kamp ‘Ghetto Nazi’

Warga Gaza di tengah perang Israel dok.anadoluagency
GAZA — Pemerintah Gaza memperingatkan pada Rabu (7/5/2025) tentang rencana Israel untuk membuat kamp-kamp bagi warga Palestina yang meniru ‘ghetto Nazi’ dengan menggunakan mekanisme distribusi bantuan yang dipromosikan oleh Tel Aviv.
“Kami dengan tegas menolak rencana pendudukan untuk membangun kamp-kamp isolasi paksa yang mirip dengan ghetto Nazi melalui kontrol atas bantuan kemanusiaan dan distribusinya sebagai bagian dari kebijakan segregasi sistematis, yang jelas-jelas melanggar semua prinsip hukum internasional,” sebut Kantor Media Pemerintah dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu Agency.
Pemerintah Gaza menggambarkan rencana Israel sebagai model tidak manusiawi yang tidak dapat diterima oleh semua standar.
“Rakyat Palestina dalam semua komponennya akan menghadapi skema kriminal ini, yang bertujuan untuk mengubah bantuan kemanusiaan menjadi alat pengepungan, kelaparan, dan penaklukan, yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional dan prinsip-prinsip keadilan dan martabat manusia,” sebutnya.
Selanjutnya Pemerintah Gaza meminta masyarakat internasional dan semua organisasi kemanusiaan, hukum, dan hak asasi manusia untuk memikul tanggung jawab hukum, serta moral dengan segera campur tangan untuk menghentikannya.
“Lelucon yang sedang berlangsung dan mengakhiri kekacauan sistematis yang dilakukan oleh pendudukan terhadap rakyat kami di Jalur Gaza,” sebutnya.
Semenjak Israel menutup perbatasan Gaza pada 2 Maret, krisis kemanusiaan di daerah kantong itu semakin memburuk. Masyarakat kekurangan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan air bersih yang parah.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, 57 orang kebanyakan anak-anak telah meninggal karena kelaparan. Jumlah korban diperkirakan akan bertambah.
Di samping itu laporan Bank Dunia baru-baru ini mengonfirmasi bahwa 2,4 juta penduduk Gaza sekarang hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan. Hal ini terjadi setelah 20 bulan genosida dan blokade telah menghancurkan ekonomi dan infrastruktur wilayah tersebut.