Tauhid dan Syirik

Ilustrasi Tauhid dok.freepik
JAKARTA — Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk agar mereka bertauhid, dan hanya beribadah kepada-Nya. Sementara syirik berlawanan dengan tauhid.
Mengutip buku ad-Daa wad Dawaa oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, perihal penciptaan makhluk untuk bertauhid dan hanya beribadah kepada-Nya, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Sesungguhnya Allah mengutus para Rasul-Nya, menurunkan Kitab-Kitab-Nya, serta menciptakan langit dan bumi agar Dia dikenal, diibadahi, ditauhidkan, dan supaya seluruh agama, semua ketaatan, dan setiap seruan adalah milik-Nya.
Hal ini sebagaimana firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzâriyat ayat 56)
Selain itu juga berdasarkan firman-Nya:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِالْحَقِّ ….
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan kebenaran….” (QS. Al-Hijr ayat 85)
Allah memberitahukan bahwa Dia mengutus Rasul-Rasul-Nya serta menurunkan Kıtab-Kitab-Nya supaya manusia menegakkan keadilan. Keadilan yang paling agung adalah tauhid. Tauhid adalah puncak keadilan sekaligus penopangnya, sedangkan syirik adalah puncak kezhaliman. Dia berfirman:
… إن الشِّرْكَ لَظُلْمُ عَظِيمٌ
“… Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS. Luqman ayat 13)
Syırik adalah kezhaliman terbesar, sedang tauhid adalah keadilan yang paling adil. Karena itu, perkara yang menafikan tauhid adalah dosa terbesar karena perbedaan tingkatan dosa besar tergantung dari penafiannya terhadap tauhid. Demikian pula sebaliknya, perkara yang sejalan dengan pelaksanaan tujuan tauhid termasuk ketaatan dan kewajiban terbesar.
Perhatikanlah prinsip dasar ini dengan sebenarnya dan renungkan rinciannya, niscaya kamu akan mengetahui hikmah Sang Hakim yang Mahaadil, Dzat yang Maha Mengetahui, yakni mengenai apa-apa yang Dia wajibkan dan haramkan kepada para hamba-Nya, sekaligus dalam hal tingkatan-tingkatan ketaatan dan maksiat.
Mengingat perbuatan menyekutukan Allah benar-benar menafikan tauhid, sehingga syirik ditetapkan sebagai dosa yang paling besar secara mutlak, maka karena itu pula Allah mengharamkan Surga bagi setiap orang musyrik, serta menjadikan darah, harta, dan keluarga mereka halal bagi ahli tauhid. Tatkala kaum musyrikin meninggalkan penghambaan (peribadahan) kepada-Nya, mereka dijadikan budak oleh ahli tauhid.
Allah tidak menerima amal apa pun dari seorang musyrik, tidak menerima syafaat untuknya, tidak mengabulkan doanya di akhirat, dan tidak memaafkan kesalahannya. Orang musyrik adalah orang yang paling bodoh di antara orang-orang bodoh. Hal itu dikarenakan dia membuat tandingan bagi Dzat yang menciptakannya. Inilah puncak kebodohan sekaligus puncak kezhaliman, meskipun kenyataannya orang itu tidak menzhalimi Rabbnya, melainkan menzhalimi diri sendiri.