Lima Penghalang Mengikuti Sunnah

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dok.islamonline
— Sebagian umat islam tidak menjalankan sunnah dari nabi yang mulia, Muhammad ﷺ. Penghalang mengikuti sunnah-sunnah Nabi ﷺ ada beberapa hal.
Melalui pesan Telegram, Pandakwah Ustadz Najmi Umar Bakkar mengatakan, setiap muslim wajib untuk Mengikuti sunnah (ajaran) Nabi ﷺ. Karena Allah Perintahkan Mereka Untuk Menjadikan Nabi ﷺ contoh terbaik dalam beragama
Adapun sunnah menurut ulama Salaf adalah,
“Petunjuk yang telah dilaksanakan oleh Rasulullah ﷺ dan para Sahabatnya, baik itu tentang ilmu dan i’tiqaad (keyakinan), perkataan maupun perbuatannya”
Adapun Penghalang-penghalang mengikuti sunnah ada beberapa penyebab, antara lain :
(1). Adanya kebodohan
Kebodohan itu adalah sumber terbesar kerusakan di dunia dan di akhirat. Dosa kesyirikan, kebid’ahan, dan kemunafikan serta kemaksiatan-kemasiatan itu disebabkan oleh kebodohan akan syariat Allah Ta’ala.
(2). Mengikuti hawa nafsu
Terkadang hawa nafsu itu mengajaknya untuk meninggalkan dalil, atau memakai dalil tapi disesuaikan dengan apa yang selaras dengan keinginan hawa nafsunya. Tidaklah seseorang dikatakan beriman, hingga hawa nafsunya tunduk dengan risalah yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ.
(3). Mendahulukan pendapat nenek moyang, syaikh dan para tokoh daripada nash-nash Alquran dan As-Sunnah
“Dan apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah Mengikuti apa yang Diturunkan Allah Dan Mengikuti Rasul”. Mereka pun menjawab : “Cukuplan bagi kami apa-apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya)”. Dan apakah mereka tetap mengikuti juga nenek moyangnya, Walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapatkan petunjuk” (QS.Al-Ma-idah ayat 104)
Imam asy-Syaafi’i رحمه الله berkata :
“Kaum Muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sebuah sunnah (ajaran) Rasulullah ﷺ, maka tidak halal baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena mengikuti pendapat seseorang” (I’lamul Muwaqqi’in II/282)
Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata :
“Oleh karenanya abaikan saja pendapat-pendapat manusia meskipun kuat, jika berbagai pendapat itu menyelisihi Sunnah. Dan tidak perlu ditanya bagaimana mungkin masalah itu samar (Belum diketahui) oleh Fulan ?” (Fathul Baari 1/76)
(4). Mendahulukan akal dibandingkan nash-nash dari Aquran dan As-Sunnah
Tidak Boleh menganggap suatu amalan baik dengan akal semata, berbicara tentang agama tidak boleh Tanpa Ilmu dan Dalil. Akal Ada Keterbatasan dalam mengetahui sesuatu, dan Allah tidak memberikan jalan bagi akal untuk bisa mengetahui segala sesuatu, apalagi tentang perkara-perkara yang ghaib, dan akal juga dapat dikendalikan oleh hawa nafsu.
“….jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang demikian itu, lebih utama (Bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An-Nisaa’ ayat 59)
(5). Karena terkena syubhat
Ibnu Sirin rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya ilmu agama (yang kamu pelajari) adalah “agamamu (yang akan membimbingmu meraih ketakwaan kepada Allah) maka telitilah dari siapakah kamu mengambil (ilmu) agamamu” (Ad-Darimi 1/53 no. 119)
Orang yang duduk bermajelis dengan Ahlul Bid’ah akan terkena Syubhat mereka dan tidak bisa membantahnya, yang akhirnya dia pun terjerumus dalam kesesatan dan kebidahan mereka.
Al-Hasan al-Bashri رحمه الله berkata :
لا تجالس صاحب بدعة فانه يمرض قلبك
“Janganlah kamu itu duduk bersama ahli bid’ah, karena duduk dengan mereka itu bisa menularkan penyakit (syubhat) di dalam hatimu” (Al-I’tishaam I/60)
Imam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata :
الـباطل لا يَظهـر لِـكَثير مِن الـناس أنـه باطـل؛ لِـما فـيه مـن الـشبهة
“Kebatilan itu tidak nampak bagi banyak manusia sebagai Kebatilan, karena padanya terdapat syubhat” (Dar’ut Ta’arudh Bainal Aqli wan Naqli VII/170)