Cerita Warga Palestina kembali ke Rumah yang tinggal Puing

Warga Palestina kembali ke rumahnya dok.anadoluagency
GAZA — Usai gencatan senjata Gaza diumumkan, warga Palestina berbondong-bondong kembali ke rumahnya. Jelas, kondisi Jalur Gaza tidak lagi sama.
Perang genosida selama dua tahun telah meluluh lantahkannya. Tank-tank zionis mulai keluar dari Gaza pada Jumat (10/10/2025) siang. Gelombang pengungsi dari Selatan mulai memasuki Gaza.
Anak-anak menunjuk puing-puing dan bertanya kepada orang tua mereka, “Apakah ini rumah kami?”
Warga Palestina yang juga seorang ayah dari tujuh anak, Fuad Al Masri (54 tahun), telah memindahkan keluarganya dari rumah mereka. Namun, ia menolak untuk meninggalkan kota. Dia telah menunggu dengan tidak sabar sampai orang Israel pergi agar ia dapat kembali.
“Sejak mereka mengumumkan gencatan senjata, saya merasa terbakar di dalam. Saya hanya ingin melihat rumah saya, melihat apa yang tersisa,” kata Al Masri melansir The National.
Sebelumnya, rumah empat lantai keluarganya di Jalan Al Jalaa telah dibangun bata demi bata selama dua dekade. Namun kini, yang ia temukan hanyalah tumpukan puing.
“Dua puluh tahun kerja keras, semuanya hilang,” ucapnya, sementara air mata mengalir di wajahnya saat ia berdiri di depan apa yang dulunya ruang tamunya.
“Tiga puluh lima dari kami, putra-putra saya, istri mereka, cucu-cucu saya, tidak punya tempat tujuan,” lanjut dia.
Ayah dua anak, Rami Samour (33) mengatakan, ia menghabiskan dua hari di daerah Al Nuwairi dekat kota Gaza untuk menunggu masuk. Hal ini karena laporan dari perundingan di Mesir, menunjukkan gencatan senjata akan segera terjadi.
Ketika jalan akhirnya dibuka, ia berlari ke lingkungan Al Nasr untuk melihat apakah rumahnya masih berdiri.
“Alhamdulillah, rumah saya masih ada. Tapi rumah itu rusak parah. Dindingnya retak, jendela-jendelanya hilang, atapnya setengah runtuh. Pekerjaan seumur hidup saya, hampir hilang,” ucapnya.
Kemudian, suaranya melemah. “Tapi ketika kau melihat sekelilingmu, kau sadar kau beruntung. Tak ada satu jalan pun tanpa kerusakan besar. Tentara baru pergi setelah Gaza hancur lebur, mereka memusnahkan semua tanda kehidupan,” ucapnya.
Ia pun menolak putus asa. “Kau bisa lihat betapa besar cinta orang-orang terhadap Gaza. Ribuan orang berkumpul di dekat wilayah Al Nuwairi, menunggu untuk diizinkan masuk, meskipun tahu mereka hanya akan menemukan reruntuhan. Cinta itulah yang akan membangun kembali kota ini,” ucapnya.
Di lingkungan Zeitoun, Mo’men Azzam (28) berjalan menyusuri jalan yang dulunya merupakan jalan keluarganya. Kini, ia tidak mengenali apa pun.
“Memang benar, kami telah kembali. Namun, kepulangan kami penuh dengan rasa sakit, duka, dan kehilangan,” kata Azzam.
Azzam melarikan diri ke selatan setelah serangan udara Israel membunuh saudara laki-lakinya, dan semua anak saudaranya. Akan tetapi, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan kembali untuk melihat apa yang tersisa.
“Saya tidak menemukan apa pun. Tidak ada apa pun yang telah kami bangun seumur hidup,” kata Azzam.
“Kami kehilangan rumah, pekerjaan, keluarga. Gaza hancur total. Jalanan, restoran, landmark, jiwa kota, semuanya lenyap,” lanjutnya.
Dia mengungkapkan sembari menghadap ke laut, meski hancur, kota itu akan dibangun kembali.
“Insya Allah, perjanjian (gencatan senjata) akan tetap berlaku. Perdamaian akan kembali, dan kita akan membangun kembali segalanya. Gaza akan kembali, begitu pula kita,” kata dia.
“Israel menghancurkan Gaza karena mereka tahu betapa kita mencintainya. Tapi, sekeras apa pun mereka menghancurkan, mereka tidak bisa membunuh cinta itu,” lanjut dia.
Baca juga: Tentara Israel Bakal Mundur, Namun Kuasai 53 persen Gaza
Baca juga: Ribuan Warga Palestina kembali ke Gaza Utara