21 Oktober 2025

BNPB: Korban Meninggal Ponpes Sidoarjo Terbesar pada 2025

0
WhatsApp Image 2025-10-01 at 14.37.24_e1b55441

Ambruknya bangunan Pondok pesantren Al Khoziny dok.bnpb

SIDOARJO — Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan mengatakan pada Senin (6/10/2025), jumlah korban meninggal ambruknya bangunan Pondok pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur mencapai 50 orang.

“Semenjak tadi malam selesai, kami temukan lagi tujuh jenazah. Kita cari tinggal 13 korban menurut catatan foto-foto yang diberikan pihak Pondok pesantren. Secara total korban yang meninggal ada 50,” kata Budi melalui siaran langsung konferensi pers BNPB pada Senin.

“Korban ini adalah yang terbesar di tahun ini dari satu bangunan. Dari bencana-bencana alam maupun non-alam yang terjadi di tahun ini 2025. Itu tidak ada korban yang meninggal sebanyak yang ada di Sidoarjo, mau banjir bandang, gempa bumi di Poso yang rumahnya roboh banyak sekali itu di sini adalah yang terbesar,” lanjut Budi.

Dia mengatakan, pada Senin tim akan melaksanakan rapat koordinasi, dengan target hingga malam nanti akan selesai mengangkut puing, sehingga rata dengan tanah. Untuk itu pada Selasa (7/10/2025) akan dilakukan evaluasi.

“Mudah-mudahan kita dapat temukan jenazah yang tersisa,” kata dia.

Sementara hal yang tidak kalah penting dalam rangkaian penanganan darurat ini adalah potensi penyakit lanjutan dampak pembusukan jenazah yang sudah memasuki delapan hari. Kendati jenazah korban bencana tidak menularkan penyakit berbahaya secara langsung kepada petugas maupun masyarakat sekitar, namun hal itu menjadi perhatian BNPB maupun pihak stakeholder terkait.

Secara umum, proses pembusukan jenazah memang menghasilkan cairan dan gas yang berbau, namun pada umumnya tidak menjadi sumber penularan penyakit menular seperti HIV, TBC, atau COVID-19.

Risiko kesehatan justru dapat timbul apabila cairan pembusukan mencemari sumber air bersih di sekitar lokasi, terutama di daerah padat penduduk atau yang memiliki sanitasi kurang memadai. Kondisi ini dapat memicu munculnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare, kolera, tifoid, atau hepatitis A, bukan karena kontak langsung dengan jenazah, tetapi akibat air yang terkontaminasi.

BNPB bersama Pusat Krisis Kesehatan RI dan Dinkes bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur juga akan menambah porsi penyemprotan insektisida maupun disinfektan termasuk strategi pengelolaan lingkungan di area pembersihan puing dan kawasan sekitar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *