Jalan Selamat

Ilustrasi dok.pngtree
— Muslim wajib mengikuti jejak (ittiba) salafush shalih dan menetapkan jalannya (manhaj). Perintah ini terdapat dalam dalil-dalil yang menyertainya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْاۚ وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُۚ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُۗ ١٣٧
“Jika mereka telah mengimani apa yang kamu imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu). Maka, Allah akan mencukupkanmu (dengan pelindungan-Nya) dari (kejahatan) mereka. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 137).
Mengutip Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, melalui ayat ini Allah menjadikan iman para Sahabat Nabi sebagai timbangan atau sebagai tolok ukur untuk membedakan antara petunjuk dan kesesatan, antara kebenaran dan kebathilan.
Apabila Ahlul Kitab beriman sebagaimana berimannya Sahabat-Sahabat Nabi shallallahualaihiwasallam, maka sungguh mereka mendapat hidayah (petunjuk) yang mutlak dan sempurna. Jika mereka (Ahlul Kitab) berpaling (tidak beriman) sebagaimana berimannya para Sahabat, maka mereka jatuh ke dalam perpecahan, perselisihan, dan kesesatan yang sangat jauh.
Memohon hidayah dan iman adalah sebesar-besar kewajiban, sedangkan menjauhkan perselisihan dan kesesatan adalah wajib. Jadi, mengikuti (manhaj) Sahabat Rasul shallallahu alaihi wasallam adalah termasuk kewajiban yang paling wajib.
Allah Ta’ala berfirman,
وَاَنَّ هٰذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُۚ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهٖۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ١٥٣
“Sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga mencerai-beraikanmu dari jalan-Nya. Demikian itu Dia perintahkan kepadamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-An’am ayat 153)
Ayat ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu Mas’ud bahwa jalan itu hanya satu, sedangkan jalan selainnya adalah jalan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan jalannya ahli bid’ah.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan oleh Imam Mujahid ketika menafsirkan ayat ini. Jalan yang satu ini adalah jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah shallallahualaihiwasallam dan para Sahabatnya radhiyallahuanhum.
Jalan ini adalah ash-Shirath al-Mustaqim yang wajib atas setiap Muslim menempuhnya dan jalan inilah yang akan mengantarkan kepada Allah.
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa jalan yang mengantarkan seseorang kepada Allah hanya Satu. Tidak ada seorang pun yang dapat sampai kepada Allah kecuali melalui jalan yang satu ini.
Baca juga: Definisi Salaf