Kebijakan Kelaparan oleh Israel di Gaza Dikecam

Kondisi kelaparan di Gaza dok.reuters
TEL AVIV — Aktivis hak asasi manusia Israel mengakui pada Kamis (24/4/2025) terkait tanggung jawab tentara atas kelaparan warga sipil di Jalur Gaza. Mereka menyerukan diakhirinya genosida terhadap warga Palestina.
Pernyataan tersebut disampaikan selama protes di Tel Aviv yang diselenggarakan oleh organisasi akar rumput Israel Parents Against Child Detention dengan slogan ‘Empty Pots‘. Mereka mengecam kebijakan kelaparan yang disengaja oleh Israel terhadap lebih dari dua juta orang di Gaza.
“Ketika jutaan orang kelaparan, dan anak-anak tidur tanpa makanan selama berhari-hari, kita harus bangkit dan berkata: Cukup perang, cukup kelaparan,” sebut organisasi tersebut dalam sebuah unggahan di Instagram, dilansir Anadolu Agency.
Para pengunjuk rasa mengangkat pot makanan kosong di alun-alun. Hal ini menunjukkan gestur simbolis yang mencerminkan kondisi kelaparan dialami oleh penduduk Gaza karena penutupan penyeberangan perbatasan oleh Israel.
Adapun Gaza, rumah bagi sekitar 2,4 juta orang, bergantung hampir sepenuhnya pada bantuan kemanusiaan. Bantuan telah dihentikan sepenuhnya semenjak 2 Maret, ketika Israel menutup penyeberangan setelah dimulainya kembali serangan militernya pada 18 Maret.
Para peserta unjuk rasa mewakili arus kecil dengan pengaruh terbatas dalam masyarakat Israel yang sebagian besar terdiri dari aktivis sayap kiri dan kritikus kebijakan pemerintah.
Secara terpisah, ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv terhadap genosida Israel di Jalur Gaza. Mereka menyatakan bahwa hal itu menguntungkan kepentingan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membunuh tawanan, dan memperburuk penderitaan warga Palestina. Mereka membawa gambar anak-anak yang terbunuh dalam perang.
Demonstrasi tersebut diselenggarakan oleh kelompok perdamaian Israel Standing Together.
“Kami di sini sekarang di jalan-jalan Tel Aviv, orang-orang Yahudi dan Palestina, menolak perang yang mengerikan ini dan penelantaran para sandera,” sebutnya dalam sebuah pernyataan.
“Setelah polisi mencoba melarang foto-foto anak-anak yang terbunuh di Gaza, kami datang ke sini hari ini sambil memegang foto-foto mereka dan mengatakan dengan lantang dan jelas: Tidak untuk perang pemusnahan, Tidak untuk menelantarkan para sandera, dan Tidak untuk pemerintah ekstremis,” lanjutnya.
Sementara jajak pendapat dan pernyataan pejabat Israel menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Israel mendukung kelanjutan perang di Gaza, mengaitkan berakhirnya perang tersebut dengan kembalinya tawanan Israel yang ditawan oleh kelompok Palestina Hamas.