15 November 2025
rsf-telegram-screengrab-afp.jpg

Gambar ini diambil dari rekaman yang dirilis di akun Telegram Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan pada 26 Oktober 2025 yang menunjukkan para pejuang RSF di jalan-jalan El-Fasher di Darfur, Sudan dok.afp

EL-FASHER — Warga Sudan yang melarikan diri berjalan di antara mayat-mayat di gerbang barat el-Fasher, Darfur Utara.

Sebelumnya, Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah merebut Ibu Kota negara bagian Darfur Utara tersebut pada pekan lalu.

Melansir Middle East Eye, mereka menyatakan ini seperti genosida Rwanda. Tingkat pembunuhan begitu cepat, sehingga orang hampir tidak dapat mempercayainya.

Penduduk el-Fasher telah hidup melalui lebih dari 500 hari pengepungan. Mereka dalam kondisi kelaparan, dan mencoba keluar. Sedangkan RSF, disebut menggunakan senjata dan teknologi yang diyakini disediakan oleh Uni Emirat Arab (UEA).

Pria dipisahkan dari wanita dan anak-anak dan dieksekusi. Anak laki-laki berusia dua tahun dibunuh. Terkadang di depan keluarga mereka.

Para tawanan disandera, dipaksa menghubungi siapa pun yang mereka kenal. Hal ini dilakukan untuk mentransfer biaya selangit kepada pejuang RSF melalui aplikasi perbankan seluler.  

Menurut beberapa saksi, para perempuan diperkosa, digeledah dengan kekerasan, dan diserang secara seksual. Terkadang mereka disandera alih-alih tebusan. Warga sipil ditembak di tempat. Mereka dituduh sebagai bagian dari Angkatan Bersenjata Sudan (SAF), yang telah berperang dengan RSF dari April 2023.

Warga Sudan dibunuh oleh pejuang RSF berdasarkan etnis atau ideologi politik yang mereka yakini. Beberapa dari mereka yang mencoba meninggalkan kengerian el-Fasher jatuh ke dalam parit yang mengelilingi tanggul.

Menurut Laboratorium Penelitian Kemanusiaan (HRL) Yale, operasi pembuangan jenazah sedang berlangsung di el-Fasher. Hal ini karena bukti pembunuhan massal terus berlanjut. Paramiliter telah menggunakan kuburan massal.

Para penyintas berhasil melewati gerbang, pertama ke Gurney, di luar gerbang barat. Itu ditetapkan oleh RSF sebagai titik pengumpulan bagi warga sipil yang melarikan diri. Kemudian, mereka berjalan di jalan setapak yang penuh duri menuju Tawila, di sebelah barat el-Fasher.

Namun perjalanan mereka diwarnai oleh kengerian. Ratusan anak kehilangan orang tua atau terpisah dari keluarga mereka. Mereka tiba di Tawila dalam kondisi yang menyedihkan setelah berjalan sekitar 70 kilometer.

Baca juga: Keluarga Sudan Mengungsi 60 kilometer tanpa Makan-Minum

Baca juga: Seruan Boikot UEA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *