16 November 2025
sudan london protest uae reuters_0.jpg

Para pengunjuk rasa yang menentang Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dan peran UEA di Sudan berdemonstrasi di London pada 15 April 2025 dok.reuters

EL FASHER — Seruan untuk memboikot Uni Emirat Arab (UEA) dan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan UEA semakin meningkat di media sosial.

Hal ini dipicu oleh kemarahan atas dukungan negara Teluk tersebut terhadap Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter dalam perang yang menghancurkan di Sudan.

Kampanye tersebut mendapatkan momentum baru setelah RSF merebut kota el-Fasher di Darfur Utara pada 26 Oktober.

Perebutan benteng terakhir Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) di wilayah tersebut disertai dengan pembantaian yang meluas. Rekaman mengerikan menunjukkan para pejuang RSF membual tentang pembunuhan warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan lansia, saat penduduk mengungsi dari kota.

Citra satelit juga menunjukkan jalanan yang berlumuran darah dan kehancuran yang meluas. Sebuah pemandangan yang telah memicu kemarahan daring.

Selain itu, telah didokumentasikan secara luas bahwa Abu Dhabi adalah pelindung utama RSF. Mereka memasok paramiliter dengan senjata dan materiil.

Sebagai tanggapan, beberapa pengguna media sosial mengajukan petisi kepada Washington, salah satu pemasok senjata utama Abu Dhabi. Hal ini dilakukan untuk memberlakukan embargo senjata terhadap negara tersebut dan memberikan sanksi kepada RSF dan pimpinannya.

Pengguna media sosial juga telah menyerukan agar orang-orang membatalkan perjalanan ke Dubai, dan menghindari produk UEA. Selain itu juga mempertimbangkan kembali berbisnis dengan perusahaan yang berbasis di sana.

“Berhentilah pergi ke Dubai dan Abu Dhabi, boikot UEA atas kejahatan mereka di Sudan,” tulis seorang pengguna, melansir Middle East Eye.

“Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk memesan liburan di tempat lain, ada tempat yang jauh lebih bagus.”

Adapun gerakan ini mencakup penyebaran infografis yang mencantumkan merek-merek besar UEA seperti Etihad Airways. Gerakan tersebut berada di bawah slogan ‘Boycott for Sudan’.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *