16 November 2025

Sudan Selatan bakal Krisis Kelaparan

0
Screenshot 2025-11-04 084509

Seorang anak diperiksa kekurangan gizi di klinik gizi yang didukung UNICEF di Pusat Kesehatan Primer Kimu di Juba, Sudan Selatan dok.unicef

JUBA — Laporan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) pada Selasa (4/11/2025) memperingatkan, lebih dari separuh penduduk Sudan Selatan akan menghadapi krisis atau tingkat kelaparan yang lebih buruk selama musim paceklik 2026.

Ini berarti sekitar 7,56 juta orang akan berada dalam kondisi rawan pangan dari April hingga Juli. Kemudian lebih dari dua juta anak diproyeksikan menderita malnutrisi akut.

Menurut laporan tersebut, ketidakamanan pangan dan malnutrisi di Sudan Selatan masih sangat tinggi. Ini terutama didorong oleh konflik lokal dan meluasnya ketidakamanan sipil yang telah menyebabkan banyak penduduk mengungsi. Penyebab lainnya yakni akibat banjir meluas yang terus mengganggu mata pencaharian dan produksi pertanian

Menurut laporan badan-badan PBB dan pemerintah Sudan Selatan, sekitar 5,97 juta orang, 42 persen dari populasi Sudan Selatan, menghadapi kerawanan pangan yang parah antara September dan November. Ini termasuk 1,3 juta orang dalam kondisi darurat, atau IPC Fase 4, dan 28 ribu orang dalam kondisi bencana, atau IPC Fase 5, dengan Kabupaten Luakpiny/Nasir di Hulu Sungai Nil berisiko kelaparan dalam skenario terburuk.

“Kelaparan yang kita saksikan di Sudan Selatan sebagian berasal dari musim tanam yang terganggu dan sistem pertanian pangan yang seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan negara ini,” kata perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Sudan Selatan, melansir Anadolu Agency.

“Mencapai perdamaian abadi dan merevitalisasi sistem pertanian pangan sangat penting untuk mengakhiri kelaparan. Ketika lahan pertanian digarap dan pasar dipulihkan, keluarga akan mendapatkan kembali martabat mereka,” lanjutnya.

Menurut laporan tersebut, akses kemanusiaan tetap menjadi salah satu tantangan paling kritis. Di banyak daerah, ketidakamanan, penjarahan, jalan yang buruk, dan banjir telah mengisolasi seluruh komunitas selama berbulan-bulan. Situasi ini, menghalangi bantuan penyelamat jiwa untuk menjangkau yang paling membutuhkan, dan memperburuk kerentanan mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *