Sumber: Hamas-Israel Negosiasi, Tapi Sulit Capai Kesepakatan

Kondisi bangunan yang hancur di Khan Yunis, Gaza pada September 2024 dok.anadoluagency
KAIRO — Hamas dan negosiator Israel disebut terlibat dalam pembicaraan serius di Kairo mengenai proposal gencatan senjata Gaza terbaru, akan tetapi kesepakatan kemungkinan sulit terjadi. Hal ini disampaikan Seorang sumber kepada The National pada Kamis (24/4/2025).
“Para negosiator dari Hamas dan Israel tengah melakukan diskusi serius dan sungguh-sungguh mengenai proposal tersebut, tetapi itu mungkin tidak cukup untuk menghasilkan kesepakatan dalam waktu dekat,” kata seorang sumber, dilansir dari laman the National.
“Pada akhirnya, Israel tidak akan setuju untuk menarik diri dari Gaza dan kemungkinan akan bersikeras untuk mempertahankan zona penyangga yang telah dibuatnya di Gaza,” lanjutnya.
Mereka menyatakan, proposal tersebut diajukan oleh mediator Mesir dan Qatar. Hal itu menyediakan gencatan senjata yang berlangsung selama lima hingga tujuh tahun, pembebasan 59 sandera yang tersisa yang ditahan oleh Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina di Israel, dan berakhirnya konflik selama 18 bulan di daerah kantong tersebut.
Proposal tersebut juga mencakup penarikan Israel dari Gaza. Imbalannya, Hamas setuju untuk meletakkan senjatanya, akan tetapi tidak menyerahkannya.
Sumber menyatakan, Hamas telah setuju untuk meletakkan senjatanya selama tahun-tahun gencatan senjata. Akan tetapi tidak jelas apakah proposal khusus itu memenuhi tujuan yang dinyatakan Israel untuk melucuti senjata kelompok tersebut, dan sepenuhnya mengakhiri pemerintahan dan kemampuan militernya.
Di samping itu, Hamas telah menerima pengecualiannya dari administrasi, dan rekonstruksi pascaperang Gaza.
Di sisi lain, poin pertentangan lainnya adalah tuntutan Hamas agar Israel mengembalikan jenazah pemimpin kelompok itu Yahya Al Sinwar, yang meninggal di Gaza tahun lalu.
Selanjutnya, sumber menyebut kedua pihak juga berselisih pendapat mengenai tuntutan Israel agar pejabat senior Hamas meninggalkan Gaza dan hidup di pengasingan. Kemudian menyatakan Aljazair sebagai tujuan yang paling mungkin bagi mereka untuk pergi, tetapi tidak menyebutkan poin pertentangan tersebut.