Kandungan Hadits Amalan Tergantung Niatnya
JAKARTA — Setiap amalan manusia tergantung pada niatnya, hal ini diungkapkan dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Terdapat beberapa kandungan dalam hadits amalan seseorang tergantung pada niatnya.
Dikutip dari buku Hadits Arbain An-Nawawi, dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, ia berkata,
بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (( إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab adia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” Muttafaq ‘alaih (Diriwayatkan oleh dua Imamnya para ahli hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi dalam dua kitab shahih mereka, yang keduanya merupakan kitab yang paling shahih diantara kitab-kitab yang ada)
Kandungan hadits
1. Hadits ini merupakan salah satu hadits yang menjadi poros Islam, sehingga para ulama berkata, “Poros Islam terletak pada dua hadits, yaitu hadits ini dan hadits Aisyah
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
‘Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami, maka amal itu tertolak.’ (Sahih, diriwayatkan Al-Bukhari dan muslim)
Maka hadits ini adalah dasar pijakan amal-amal hati dan timbangan amal-amal batin, sedangkan hadits Aisyah adalah dasar pijakan amal-amal anggota badan.”
2. Wajib membedakan antara suatu ibadah dengan ibadah yang lainnya, dan antara ibadah dengan muamalah, berdasarkan sabda Nabi ﷺ,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya amal itu hanyalah tergantung niatnya.”
3. Anjuran untuk ikhlas kepada Allah Azza wa Jalla, karena Nabi ﷺ mengelompokkan manusia menjadi dua kelompok:
Pertama: Orang yang menginginkan Wajah Allah dan negeri akhirat dengan amalnya. Kedua: Sebaliknya, dan kelompok inilah yang dianjurkan untuk ikhlas kepada Allah Azza wa Jalla.
Ikhlas itu harus diperhatikan dan harus dianjurkan, karena ia adalah inti yang paling utama dan penting yang menjadi tujuan diciptakannya manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembahKu.” (Adz-Dzariyat ayat 56).
4. Hijrah termasuk amal shalih, karena ia diniatkan untuk Allah dan RasulNya, dan setiap perbuatan yang diniatkan untuk Allah dan RasulNya, maka perbuatan tersebut termasuk amal shalih, karena Anda berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan mendekatkan diri kepada Allah itu merupakan ibadah. (Dikutip secara ringkas dari kitab Syarh al-arbain an-Nawawiyyah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin)