27 Juni 2025
Keutamaan Puasa Syawal

Ilustrasi Puasa dok.istock

JAKARTA — Setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh, Muslim disunnahkan untuk puasa Syawal. Terdapat berbagai macam keutamaan puasa syawal.

Dikutip dari buku Fikih Bulan Syawal oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Muslim yang melanjutkan puasa syawal selama enam hari, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. Berikut di antara keutamaan Puasa Syawal :

  1. Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh

Puasa Syawal akan menggenapkan ganjaran berpuasa setahun penuh, dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164).

Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

من صام ستة أيام بعد الفطر كان تمام السنة (من جاء با لحسنة فله عشر أمثالها

Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal).” (HR. Ibnu Majah no. 1715, dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih. Lihat Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim).

  1. Puasa Syawal seperti sunnah rawatib

Puasa Syawal seperti halnya shalat sunnah rawatib yang dapat menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadah wajib. Yang dimaksudkan di sini bahwa puasa Syawal akan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada puasa wajib di bulan Ramadan sebagaimana salat sunnah rawatib yang menyempurnakan ibadah wajib.

Amalan sunnah seperti puasa Syawal nantinya akan menyempurnakan puasa Ramadan yang seringkali ada kekurangan di sana-sini. Inilah yang dialami setiap orang dalam puasa Ramadan, pasti ada kekurangan yang mesti disempurnakan dengan amalan sunnah. (Lathaif Al-Ma’ari)

  1. Tanda diterimanya puasa Ramadan.

Melakukan puasa Syawal merupakan tanda diterimanya amalan puasa Ramadan. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amalan seorang hamba, Dia akan menunjuki pada amalan saleh selanjutnya. Jika Allah menerima amalan puasa Ramadan, maka Allah akan tunjuki untuk melakukan amalan saleh lainnya, di antaranya puasa enam hari di bulan Syawal. (Lathaif Al-Ma’arif)

  1. Puasa Syawal Sebagai Bentuk Rasa Syukur

Nikmat apakah yang disyukuri? Yaitu nikmat ampunan dosa yang begitu banyak di bulan Ramadan. Bukankah kita telah ketahui bahwa melalui amalan puasa dan salat malam selama sebulan penuh adalah sebab datangnya ampunan Allah, begitu pula dengan amalan menghidupkan malam lailatul qadar di akhir-akhir bulan Ramadan.

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidak ada nikmat yang lebih besar dari anugerah pengampunan dosa dari Allah.” (Lathaif Al-Ma’arif).

Sampai-sampai Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam pun yang telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan akan datang banyak melakukan salat malam. Ini semua beliau lakukan dalam rangka bersyukur atas nikmat pengampunan dosa yang Allah berikan.

‘Aisyah mengatakan, “Kenapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang lalu dan akan datang?”. Beliau lantas mengatakan, “Tidakkah pantas aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari, no. 4837).

Begitu pula di antara bentuk syukur karena banyaknya ampunan di bulan Ramadan, di penghujung Ramadan (di hari Idulfitri), dianjurkan untuk banyak berdzikir dengan mengagungkan Allah melalu bacaan takbir ”Allahu Akbar”. Ini juga di antara bentuk syukur sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengangungkan pada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah ayat 185).

  1. Puasa Syawal Menunjukkan Ibadah yang Kontinu

Amalan yang seseorang lakukan di bulan Ramadan tidaklah berhenti setelah Ramadan itu berakhir. Amalan tersebut seharusnya berlangsung terus selama seorang hamba masih menarik nafas kehidupan.

Ada sebagian orang yang hanya rajin ibadah dan salat malam di bulan Ramadan saja, lantas dikatakan kepada mereka,

بئس القوم لا يعرفون لله حقا إلا في شهر رمضان إن الصالح الذي يتعبد و يجتهد السنة كلها

“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah di bulan Ramadhan saja. Ingat, orang yang saleh yang sejati adalah yang beribadah dengan sungguh-sungguh sepanjang tahun” (Lathaif Al-Ma’arif). Jadi, ibadah bukanlah hanya di bulan Ramadhan, Rajab, atau Syakban saja.

Adapun siapa yang menginginkan pahala sempurna seperti puasa setahun penuh, hendaklah ia mendahulukan menunaikan qadha’ puasa dari puasa Syawal. Adapun mengggabungkan niat puasa Syawal dan niat qadha’, atau mendahulukan puasa Syawal dari qadha’, puasanya sah, tetapi pahala sempurna (puasa setahun penuh) tidaklah diperoleh. Jika ingin mendapatkan pahala puasa setahun penuh, lakukanlah qadha’ puasa lalu diikuti puasa enam hari di bulan Syawal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *