Korban Meninggal Meningkat di Lebanon Akibat Ledakan Perangkat
AMMAN — Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, jumlah korban tewas di Lebanon akibat ledakan perangkat komunikasi nirkabel ICOM pada Rabu (18/9/2024) telah meningkat menjadi 20, dengan lebih dari 450 orang terluka.
Jumlah korban terbaru muncul setelah 12 orang tewas pada Selasa (17/9/2024) dan sekitar 2.800 lainnya terluka, 300 di antaranya kritis, dalam serangan serupa yang melibatkan pager yang terutama digunakan oleh kelompok Lebanon, Hizbullah. Jumlah korban tewas gabungan dari ledakan Selasa dan Rabu telah mencapai 32, dengan lebih dari 3.250 orang terluka.
Di samping itu Kementerian Komunikasi Lebanon juga mengumumkan bahwa perangkat ICOM yang terlibat dalam ledakan Rabu tidak memiliki izin dan belum disetujui oleh badan keamanan. “Perangkat ICOM V82 belum memiliki izin dari kementerian, karena perizinan memerlukan persetujuan dari badan keamanan,” sebutnya dalam sebuah pernyataan, dilansir dari laman Anadolu Agency.
Sementara itu, Kantor Berita Nasional resmi Lebanon melaporkan bahwa Komisioner Pemerintah untuk Hakim Pengadilan Militer Fadi Akiki telah menugaskan badan keamanan untuk mengumpulkan semua data keamanan dan teknis terkait dengan ledakan tersebut.
Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menuduh Israel melakukan ledakan tersebut. Sementara Hizbullah bersumpah akan melakukan pembalasan yang keras.
Sementara Israel tetap bungkam. Media Amerika termasuk The New York Times dan CNN melaporkan bahwa Israel menanam bahan peledak pada baterai di dalam pager, dan perangkat elektronik lainnya sebelum mencapai Lebanon dan kemudian meledakkannya dari jarak jauh.
Adapun Pager digunakan oleh warga sipil, pekerja perawatan kesehatan, dan lainnya untuk komunikasi dalam organisasi atau kelompok di Lebanon. Pager beroperasi dengan baterai yang dapat diisi ulang dan menerima pesan teks, panggilan, dan sinyal audio-visual.
Di sisi lain kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjauhkan diri dari unggahan yang dihapus oleh Topaz Luk, mantan ajudan utama dan juru bicara Netanyahu, di platform X. Di mana ia mengisyaratkan tanggung jawab Israel atas serangan tersebut.
Gelombang ledakan baru itu terjadi di tengah pertukaran serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 41.300 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak. Ini menyusul serangan lintas batas terhadap Israel oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.