Bagaimana Cara Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?

Lailatul Qadar dok.elwatannews
JAKARTA — Lailatul qadar merupakan malam yang penuh dengan keberkahan. Muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan pada malam lailatul qadar. Bagaimana cara menghidupkan malam lailatul qadar?
Mengutip buku Panduan Ramadhan, Bekal Meraih Ramadhan Penuh Berkah oleh Muhammad Abduh Tuasikal, sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah ketika itu dengan dasar iman dan tamak akan pahala melimpah di sisi Allah. Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang giat ibadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Beliau seperti itu karena demi meraih malam yang mulia, lailatul qadar.
‘Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim)
‘Aisyah mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan salat jika mereka mampu.
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi’i dalam pendapat yang dulu mengatakan, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan salat Subuh di malam qadar, ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut”.
Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan salat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Alquran.
Namun amalan salat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan salat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari)
Sementara Bagaimana dengan Wanita Haidh yang ingin Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak,
“Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”
Dari sini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan salat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah membaca Alquran tanpa menyentuh mushaf, memperbanyak dzikir, memperbanyak istighfar dan memperbanyak doa.
Baca juga: Doa malam lailatul qadar